Sabung ayam dilegalkan di Bali. |
SABUNG AYAM ONLINE - DPRD Bali saat ini tengah memikirkan untuk membuat Peraturan Daerah (Perda) mengenai persoalan legal atau tidaknya sabung ayam di Bali. Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, menjelaskan bahwa rencana atau ide dilegalkannya sabung ayam di Bali agar sabung ayam tidak digelar di tempat yang tidak semestinya, seperti di dekat sekolah dan tempat lainnya.
Jadi, tujuannya memang untuk menghindarkan Tajen (sabung ayam) digelar di sembarang tempat, kata Adi di kantornya. Selain untuk menghindari hal tersebut, tujuannya juga agar Tajen bisa dengan mudah diawasi. Sebabnya, saat ini Tajen banyak digelar di tempat-tempat dengan waktu yang tidak menentu dan bahkan terkadang bisa dilakukan hingga larut malam.
Ayamnya juga pasti lelah dan ngantuk kalau digelar sampai larut malam, belum lagi jika dilakukan hingga menjelang subuh, pastinya akan mengganggu kenyamanan masyarakat dalam beristirahat, maka dari itu perlu diatur agar tempat dan waktunya disesuaikan, kata Adi lagi sambil sedikit bercanda kepada wartawan.
Meskipun ide ini tujuannya baik dan untuk kepentingan bersama, pembuatan Perda soal Tajen ini juga membutuhkan kesepakatan semua pihak mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerhati, dan unsur lainnya. Kami tidak akan terburu-buru dalam mengesahkan Perda soal Tajen ini, tutur politisi PDIP ini menambahkan.
Tajen sendiri adalah sebutan dari kegiatan Tabuh Rah oleh orang Bali. Kata Tajen diperkirakan berasal dari kata “Tajian”. Taji merupakan sejenis pisau tajam yang memiliki 2 sisi mata pisau, yang panjangnya kira-kira sejari telunjuk orang dewasa yang dipasang di kaki ayam aduan. Tujuan dari pemasangan taji di kaki ayam adalah supaya ayam ketika diadu dapat melukai lawannya, sehingga ada darah yang menetes ke tanah. Tetesan darah inilah yang disebut “Tabuh Rah” yang dipercaya adalah ritual untuk menebarkan darah suci.
Tajen juga merupakan bagian dari acara ritual keagamaan Tabuh Rah dalam masyarakat Hindu Bali. Dimana Tabuh Rah ini mengisyaratkan adanya darah yang menetes sebagai simbol atau syarat menyucikan umat manusia dari ketamakan atau keserakahan terhadap nilai-nilai materialistis dan duniawi. Selain itu, Tabuh rah juga bermakna sebagai upacara ritual buta yadnya, dimana darah yang menetes ke bumi disimbolkan sebagai permohonan umat manusia kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari marabahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar